*Gpr9GfW0GUMpTpM5TpClTUC6Gi==*

Carbon Capture and Storage: Solusi untuk Mengurangi Emisi CO2

Apa itu Carbon Capture and Storage?

Ngebait.com - Carbon Capture and Storage (CCS) adalah proses yang melibatkan penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh berbagai sumber industri dan pembangkit listrik. Tujuan dari CCS adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim.

CO2 adalah salah satu GRK utama yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, dan gas alam. Menurut International Energy Agency (IEA), sektor energi bertanggung jawab atas sekitar 76% dari total emisi CO2 global pada tahun 2020. Oleh karena itu, mengurangi emisi CO2 dari sektor energi adalah salah satu langkah penting untuk mencapai target perjanjian iklim global, seperti Paris Agreement, yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2°C.

CCS dapat diterapkan pada berbagai sumber emisi CO2, seperti pabrik baja, semen, kimia, pupuk, dan pembangkit listrik tenaga batubara, gas, atau biomassa. Proses CCS meliputi tiga tahap utama, yaitu:

  • Penangkapan: CO2 dipisahkan dari gas buang atau bahan bakar sebelum atau sesudah pembakaran menggunakan berbagai teknologi, seperti absorpsi, adsorpsi, membran, atau looping kimia. CO2 yang tertangkap kemudian dikompresi menjadi cairan atau gas bertekanan tinggi untuk memudahkan pengangkutan.
  • Pengangkutan: CO2 yang telah dikompresi diangkut ke lokasi penyimpanan menggunakan pipa, truk tangki, kereta api, atau kapal. Jarak dan volume pengangkutan bergantung pada lokasi dan kapasitas sumber dan penyimpanan CO2.
  • Penyimpanan: CO2 yang telah diangkut disuntikkan ke dalam formasi geologi yang dalam dan stabil, seperti ladang minyak dan gas bekas, reservoir air asin dalam, atau lapisan batubara yang tidak dapat dieksploitasi. CO2 disimpan di bawah tekanan dan suhu yang tinggi, sehingga tetap berada dalam keadaan cair atau superkritis. CO2 juga dapat disimpan dalam bentuk karbonat mineral dengan bereaksi dengan batuan yang mengandung magnesium atau kalsium.

Apa Manfaat dan Tantangan dari CCS?

CCS memiliki beberapa manfaat, antara lain:

  • Mengurangi emisi CO2 secara signifikan. Menurut IEA, CCS dapat mengurangi emisi CO2 global sebesar 14% pada tahun 2050, jika diterapkan secara luas dan optimal.  CCS juga dapat membantu mencapai netralitas karbon, yaitu kondisi di mana emisi CO2 yang dihasilkan sama dengan yang diserap atau disimpan.
  • Memanfaatkan sumber energi yang ada. CCS dapat memungkinkan penggunaan bahan bakar fosil yang masih melimpah dan murah, tanpa meningkatkan emisi CO2. CCS juga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas pembangkit listrik dan industri, dengan mengurangi konsumsi bahan bakar dan biaya operasional.
  • Meningkatkan keamanan energi. CCS dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil dari negara lain, yang dapat berisiko terganggu oleh faktor politik, ekonomi, atau geografis. CCS juga dapat meningkatkan diversifikasi sumber energi, dengan memanfaatkan potensi biomassa, gas alam, atau hidrogen sebagai bahan bakar bersih.
  • Mendorong inovasi dan pembangunan. CCS dapat menciptakan peluang bisnis dan lapangan kerja baru, baik di sektor energi maupun non-energi. CCS juga dapat meningkatkan kapasitas penelitian dan pengembangan, serta kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat sipil.

CCS juga memiliki beberapa tantangan, antara lain:

  • Membutuhkan investasi dan insentif yang besar. CCS merupakan teknologi yang masih relatif baru dan mahal, dibandingkan dengan teknologi konvensional atau alternatif. Menurut IEA, biaya CCS berkisar antara $15 hingga $75 per ton CO2, tergantung pada jenis dan lokasi sumber dan penyimpanan. Oleh karena itu, CCS membutuhkan dukungan finansial dan regulasi yang kuat dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, untuk meningkatkan kelayakan dan daya saingnya. 
  • Menghadapi hambatan teknis dan sosial. CCS masih menghadapi beberapa kendala dalam hal ketersediaan dan keandalan teknologi, infrastruktur, dan sumber daya manusia. CCS juga memerlukan pengawasan dan pemantauan yang ketat, untuk mencegah kebocoran atau migrasi CO2 yang dapat merusak lingkungan dan kesehatan manusia. Selain itu, CCS juga memerlukan keterlibatan dan kesadaran masyarakat, untuk mengatasi isu-isu seperti hak milik tanah, dampak sosial-ekonomi, atau ketidakpercayaan terhadap teknologi. 

Bagaimana Prospek dan Perkembangan CCS di Indonesia?

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi CCS yang besar, mengingat sumber dan penyimpanan CO2 yang melimpah, serta kebutuhan energi yang terus meningkat. Menurut studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Indonesia memiliki kapasitas penyimpanan CO2 sekitar 28,8 gigaton, terutama di cekungan Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. 

Indonesia juga telah melakukan beberapa inisiatif dan proyek terkait CCS, baik di tingkat nasional maupun internasional. Beberapa contohnya adalah:

  • Pembentukan Tim Nasional CCS pada tahun 2006, yang bertugas untuk merumuskan kebijakan, strategi, dan rencana aksi CCS di Indonesia. 
  • Pelaksanaan proyek demonstrasi CCS di Gundih, Jawa Tengah, pada tahun 2011-2013, yang melibatkan penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan CO2 dari sumur gas alam. Proyek ini merupakan kerjasama antara Pertamina, BPPT, LIPI, dan Japan CCS Co. Ltd. 
  • Pengembangan proyek CCS di Blok A Aceh, yang direncanakan untuk memulai operasi pada tahun 2025, dengan kapasitas penangkapan sekitar 3 juta ton CO2 per tahun dari pembangkit listrik tenaga gas. Proyek ini merupakan kerjasama antara Pertamina, Medco Energi, PGN, dan Asian Development Bank. 
  • Penyusunan Rencana Induk CCS di Indonesia, yang ditargetkan selesai pada tahun 2022, yang akan mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi dan prioritas CCS di Indonesia, serta memberikan rekomendasi kebijakan dan regulasi yang mendukung. Rencana ini merupakan kerjasama antara Kementerian ESDM, Bappenas, dan Global CCS Institute. 

CCS merupakan salah satu solusi yang dapat membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030, sesuai dengan kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC). Namun, CCS juga memerlukan komitmen dan kerjasama yang kuat dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat, untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada.

Kesimpulan

CCS adalah proses yang melibatkan penangkapan, pengangkutan, dan penyimpanan CO2 yang dihasilkan oleh berbagai sumber industri dan pembangkit listrik. Tujuan dari CCS adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. CCS memiliki beberapa manfaat, seperti mengurangi emisi CO2 secara signifikan, memanfaatkan sumber energi yang ada, meningkatkan keamanan energi, dan mendorong inovasi dan pembangunan. Namun, CCS juga memiliki beberapa tantangan, seperti membutuhkan investasi dan insentif yang besar, menghadapi hambatan teknis dan sosial, dan memerlukan pengawasan dan pemantauan yang ketat.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi CCS yang besar, dan telah melakukan beberapa inisiatif dan proyek terkait CCS, baik di tingkat nasional maupun internasional. CCS merupakan salah satu solusi yang dapat membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030, sesuai dengan kontribusi yang ditetapkan secara nasional (NDC).

Kesimpulan dari artikel ini adalah bahwa CCS adalah teknologi yang penting dan potensial untuk mengatasi masalah perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi CO2. Namun, CCS juga memerlukan dukungan dan kerjasama yang kuat dari berbagai pihak, untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Oleh karena itu, CCS perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara berkelanjutan, dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan.

Comments0

Type above and press Enter to search.